Konferensi Laut Dibuka, Dua Aktivis Ditangkap


Ribuan pemerhati iklim, pakar, delegasi pemerintah dan pencinta lingkungan dari lebih 70 negara, menghadiri Konferensi Kelautan Sedunia atau World Ocean Conference WOC, yang dibuka Senin ini di Manado, Sulawesi Utara.


Fokus bahasan dalam pertemuan Konferensi Kelautan Dunia atau World Ocean Conference WOC ini adalah ancaman bencana di kawasan pesisir akibat kenaikan permukaan air laut dan peranan lautan sebagai penyimpan emisi karbon dioksida. Konferensi yang menyedot anggaran negara dan daerah senilai 44 milyar rupiah ini ditujukan untuk memberi perhatian pada perlindungan laut yang banyak berpengaruh pada perubahan iklim.
Dampak perubahan iklim telah mempengaruhi kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Termasuk juga di Indonesia, yang merupakan negara maritim. Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Federal Jerman yang dalam konferensi ini juga menjabat sebagai ketua sidang, Eddy Pratomo mengungkapkan: "Tujuan WOC ini adalah pentingnya konservasi laut dan ekosistem karena kontribusi sosial ekonomi yang sangat penting bagi penduduk pesisir di seluruh dunia. Dampak climate change terhadap laut telah dipahami oleh kita semua dan bangsa-bangsa di dunia. Selain itu, developement country, juga memahami memelihara laut melalui precausional approach, ecosystem approach sehinggal laut kita bermanfaat bagi umat manusia".
Dalam konferensi yang berlangsung hingga Jumat depan, negara- negara yang ikut serta dalam pertemuan ini diharapkan dapat memberi masukan yang signifikan agar hasilnya nanti dapat dibawa ke Konferensi Perubahan Iklim PBB, di Kopenhagen, Desember mendatang. Hasil dari pembicaaan konsep yang dibicarakan dalam berbagai sesi pertemuan di WOC ini, nantinya dinamakan sebagai Deklarasi Manado. Eddy Pratomo menyebutkan bahwa salah satu poin Deklarasi Manado adalah pendanaan dalam program perlindungan laut. Sementara itu mantan menteri Lingkungan Hidup Sarwono Kusumaatmaja yang juga menjabat sebagai penasehat delegasi Indonesia dalam WOC ini menegaskan pentingnya pertemuan tersebut: "Ini langkah pertama untuk mengintegrasikan masalah kelautan dalam isu global yang namanya perubahan iklim. Karena selama ini, orang bicara tentang kehutanan saja tapi tidak tentang laut jadi langkah ini penting, penting sekali."
Sementara itu di luar arena perundingan, dua aktivis pemerhati lingkungan hidup WALHI ditangkap. Mereka adalah Berry Nahdian Furqon dan Erwin Usman. Keduanya bersama ratusan nelayan yang tergabung dalam Aliansi Manado mengritik bahwa forum WOC tidak akan menghasilkan keputusan yang membela nelayan tradisional. Aliansi tersebut mendesak pemerintah di Asia Tenggara memprioritaskan pemenuhan hak masyarakat nelayan tradisional yang dinilai terus menghadapi dampak negatif liberalisasi perdagangan, tambak, investasi dan pengembangan proyek di kawasan pesisir. Sementara itu 16 aktivis Filipina dideportasi. Aksi-aksi juga digelar dalam rangka menyampaikan masukan dan tekanan kepada WOC untuk tidak melelang sumber daya laut kepada pebisnis dengan alasan konservasi.
Miranti Soetjipto-Hirschmann
Editor: Ayu Purwaningsih

Popular Posts