Pelajaran Berharga dari Berlin

Biro perjalanan Eropa kesulitan menawarkan paket wisata Indonesia. Buruknya citra maskapai penerbangan Indonesia menjadi kendala utama. Padahal, turis Eropa menyukai daerah-daerah yang tidak terjangkau perusahaan penerbangan asing.

Kebimbangan menghinggapi pikiran Mark. Pegawai di Universitas Bonn, Jerman, itu berencana menghabiskan empat minggu liburan musim panas nanti dengan menjelajah beberapa pulau di Indonesia. Ia pun menghubungi beberapa agen wisata untuk mengatur perjalanannya itu. Tapi agen perjalanan malah menolak untuk mengatur perjalanan domestik dengan perusahaan penerbangan Indonesia. Tentu saja Mark kecewa berat. Sebab impiannya mengarungi tempat-tempat eksotik di Indonesia terancam gagal.

Mark tidak sendirian. Banyak calon turis Eropa bernasib sama. Mereka tidak bisa leluasa menyalurkan jiwa petualangannya mengarungi Nusantara, lantaran biro-biro perjalanan besardi Eropa hanya merujuk ke daerah tujuan wisata di Indonesia yang terjangkau penerbangan asing, seperti Silk Air. Peringatan buat warga Uni Eropa untuk tidak terbang menggunakan maskapai Indonesia-lah yang menjadi penyebabnya.

Sikap itu terlihat jelas pada saat pameran dagang pariwisata, International Tourism Boerse (ITB) Berlin, pertengahan Maret lalu. Ambil contoh paket yang ditawarkanbiro perjalanan besar Jerman, Gebeco. Dari katalog perjalanan Asia, perjalanan khusus Indonesia hanya ditawarkan dalam dua paket, dan semuanya fokus ke Bali. Misalnya, Bali yang dikombinasikan dengan perjalanan ke Hong Kong.

Paket yang ditawarkan Grosse Indonesienreise, misalnya, berupa 21 hari berkeliling Indonesia dengan tiga pulau tujuan, yakni Sumatera, Jawa, dan Bali. Jadwalnya, pertama tiba di Singapura, lalu terbang dengan Silk Air ke Medan. Setelah empat hari, mereka diajak melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Itu pun rutenya tidak langsung, melainkan harus lewat Singapura dulu. Selanjutnya menempuh perjalanan darat selama sembilan hari di Jawa, kemudian menyeberang ke Bali dengan feri. Setelah beberapa hari di Bali, mereka langsung mengambil penerbangankembali ke Eropa.

Ury Steinweg, Managing Director Gebeco, mengatakan bahwa rancangan paket itu memang tidak mudah. Dengan dikenakannya larangan terbang perusahaan penerbangan Indonesia oleh Uni Eropa, mengatur perjalanan di Indonesia menjadi masalah besar. Steinweg menyayangkan. ''Kami tidak diizinkan menawari klien untuk melakukan perjalanan dengan perusahaan penerbangan Indonesia. Sebab, bila terjadi kecelakaan, kamilah yang harus menanggung akibatnya,'' ujarnya.

Padahal, lima tahun lalu, Indonesia merupakantujuan andalan bagi turis Eropa. Setelah serangan bom Bali, industri wisata Pulau Dewata itu berangsur pulih, dan Bali kembali bermain di pasar wisata dunia. ''Orang-orang Jerman menyukai tempat itu,'' kata Steinweg. Namun, sayang, kini mereka terkendala peringatan larangan terbang bagi warga Uni Eropa untuk menggunakan maskapai Indonesia. Alhasil, mereka harus menyelaraskan tujuan wisata di Indonesia dengan penerbangan internasional Silk Air, Singapore Airlines, Cathay Pacific, atau Thai Airways.

Steinweg berharap, Indonesia segera mencari solusi. Bila tidak, akan sulit sekali berharap pariwisata Indonesia berkembang. Ia juga mengakui, pada saat inimereka cenderung beralih ke Thailand, Vietnam, atau India. Sedangkan di Indonesia, yang bisa dijual hanya Jawa dan Bali.

Begitu juga biro perjalanan besar seperti Meier's, yang banyak menawarkan paket perjalanan kombinasi, seperti Hong Kong-Bali, Kuala Lumpur-Bali, Taipei-Bali, dan Singapura-Bali. Perjalanan Jawa-Bali mereka tawarkan dengan penerbangan langsung Singapura-Solo dengan Silk Air, lalu menyeberangi Selat Bali dengan feri.

Meski ada penerbangan low cost carrier (LCC) semacam Air Asia milik Malaysia, yang menjangkau berbagai tempat di Indonesia, menurut Nicole Dieckmann,Product Manager Asia Meier's, pihaknya tidak ingin berisiko dengan mengandalkan LCC. Alasannya, terminal LCC berbeda dari terminal penerbangan komersial lainnya, dan penerbangan LCC masih sering mengalami keterlambatan. Tentu hal ini akan mengganggu kenyamanan perjalanan.

Nicole menegaskan bahwa mereka akan menolakpermintaan klien yang memaksa dibuatkan jadwal dengan penerbangan domestik milik Indonesia. ''Risikonya terlalu besar, dan kami tidak akan melayani permintaan seperti itu,'' katanya.

Beberapa perusahaan perjalanan berskala kecil biasanya masih bisa melayani permintaan klien yang ingin menggunakan Garuda Indonesia. Namun para calon wisatawan itu disodori surat pernyataan yang harus ditandatangani. Isinya, bila terjadi sesuatu seperti kecelakaan, biro perjalanan yang mem-booking penerbangan itu lepas tanggung jawab.

Andrea Thurmshirn, pengusaha biro perjalanan di Berlin, Asia AT, membenarkan fenomena itu, karena banyak calon wisatawan asal Jerman yang ingin bepergian ke daerah-daerah yang tidak terjangkau perusahaan penerbangan asing. Asia AT memfokuskan pada klien yang up market, seperti mengatur pestapernikahan di Bali, golf tour, atau spa tour.

Sementara itu, Joep Bosnan dari agen perjalanan Talisman, Belanda, mengakui bahwa kini perjalanan ke Indonesia hanya difokuskan pada perjalanan keliling Jawa dengan jalan darat, laluBali dan Lombok. Dengan larangan terbang buat warga Uni Eropa itu, daerah-daerah tujuan lain di Indonesia untuk sementara tidak bisa dipromosikan, mengingat lamanya perjalanan dengan jalan laut. ''Bila larangan itu dicabut, tentu kami akan merancang perjalanan ke pulau-pulau lain,'' ia memaparkan.

Menanggapi situasi ini, Sapta Nirwanda, Dirjen Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, mengakui, bila larangan terbang Uni Eropa itu dibuka, jumlah wisatawan mancanegara tentu akan meningkat. ''Setidaknya untuk sekarang, peliharalah yang sudah ada,'' ungkapnya. Misalnya dengan aktif mengikuti pameran wisata mancanegara. Salah satunya adalah ITB Berlin, karena pameran wisata tingkat dunia itu menjadi barometer pasar pariwisata Indonesia di Eropa.

Herman Rukmanandi, Managing Director Bhara-Mekar Tours, Indonesia, telah mengikuti ITB Berlin lebih dari 20 kali dan menyaksikan naik-turunnya kecenderunganpariwisata Indonesia di ajang tersebut. Menurut pengamatan Herman, sejak diberlakukannya larangan terbang Uni Eropa, rekan-rekannya dari agen perjalanan Eropa mengaku kesulitan mengatur perjalanan di Indonesia. ''Jumlah paket ke Indonesia yang ditawarkan jauh menciut,'' ujarnya.

Di tengah krisis ekonomi global, upaya Indonesia untuk mencapai target 7 juta wisatawan asing pada tahun ini harus lebih agresif. Apalagi, dengan berpalingnya para agen perjalanan Eropa ke negara negara tetangga, kompetisi menjadi semakin berat.

Walaupun sulit dijual, pada tahun ini Indonesia menerima dua penghargaan. Organisasi biro perjalanan Go Asia di Jerman menetapkan Indonesia sebagai destinasi perjalanan nomor dua di Asia setelah Thailand. Sementara itu, 60.000 pembaca Senses, majalah perjalanan dan kebugaran kelas atas, menobatkan Bali sebagai tujuan spa utama pada tahun ini. Pemberian penghargaan ini dilaksanakan dalam sebuah malam gala yang meriah, lengkap dengan tari tarian Kalimantan dan makanan ringan khas Indonesia di gedung Altes Stadthaus, Berlin.

Miranti Soetjipto-Hirschmann (Jerman)

***

Keselamatan Menjadi Prioritas

Sebuah kerja sama bilateralantara Indonesia dan Jerman mencoba untuk mengembangkan sebuah sistem dalam mengantisipasi bahaya tsunami. Proyek ini dikenal dengan nama Tsunami Ready.Inisiatifnya dicetuskan atas kerja sama Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Bali Hotel Association, dan sebuah organisasi Pemerintah Jerman, Center for International Migration and Development (CIM).

Tsunami Ready merupakan rangkaian petunjuk operasi rencana evakuasi dan daftar tindakan pengamanan yang harus dilaksanakan karyawan hotel. Misalnya, segera mematikan aliran listrik, memeriksa setiap kamar hotel, mengamankan benda berharga, dan mengarahkan tamu hotel ke tempat yang lebih aman.

Dalam satu tahun ini, proyek itu telah dijalankan melalui kerja sama dengan 90 hotel berbintang di pantai Bali. Menurut Alexander Kesper, Advisor CIM untuk Tsunami Ready, hotel-hotel di Bali, Lombok, Manado, dan Jawa akan mendapat giliran mengikuti pelatihan sistem penyelamatan itu. Petunjuk sederhana Tsunami Ready berbahasa Inggris dapat diunduh dari internet secara cuma-cuma.

Tindakan evakuasi itu juga mengandalkan kerja sama dengan komunitas yang tinggal di sekitar hotel. Proyek itu menerima penghargaan internasional dari Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai contoh terbaik dalam kerja sama sektor swasta-umum untuk mengurangi risiko bencana.

Published: Gatra 25/ 6 May 2009

Popular Posts