Konferensi Laut Dunia Digelar Pekan Depan


Sekitar 3,000 pakar kelautan, wakil pemerintah dan aktivis organisasi non pemerintah dari 120 negara akan membicarakan topik-topik berkaitan dengan kelautan dan perubahan iklim dalam Konferensi Laut Dunia pekan depan.

Konferensi Laut Dunia atau World Ocean Conference digelar menyikapi perubahan iklim yang mengancam kelangsungan hidup laut beserta isinya serta masyarakat di daerah pesisir.
Hasil akhir yang diharapkan dalam penyelenggaraan Konferensi Laut Dunia WOC pada 11 hingga 15 Mei mendatang ini adalah kesepakatan Deklarasi Manado. Hasil WOC ini akan dibawa ke dalam agenda Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB mendatang di Kopenhagen, Denmark, Desember 2009.
Dr. Monina Uriarte pakar lingkungan dari Pusat Keragaman Hayati ASEAN yang berpusat di Filipina menjabarkan target pertemuan ini: "Sesungguhnya tujuan utama kami ikut berpartisipasi dalam World Ocean Conference adalah membangun jaringan. Kami bekerja dalam berbagai proyek wilayah perlindungan laut dan dalam konferensi semacam ini kami bisa berbagi. Kami juga dapat belajar dari negara lain dan membangun mitra dengan organisasi lain."
5,8 juta hektar wilayah laut Indonesia disebut-sebut sebagai Amazon laut yang menyimpan keragaman hayati terkaya di dunia. Hal ini telah menarik banyak pakar kelautan dari negara negara seperti Australia, Jepang dan Jerman dalam mengadakan penelitian laut tropis.
Masalah utama yang mengganggu ekosistem laut di Indonesia tidak berbeda dengan negara-negara tetangga seperti Filipina, Malaysia dan Timor Leste. Dr. Monina Uriarte melanjutkan: "Saya pikir masalah yang paling banyak kami hadapi di Filipina adalah perikanan, terumbu karang dan penegakan hukum. Kami ingin membangun kerja sama dengan negara negara tetangga dalam menanggulanginya. Itu sebabnya kami, Pusat Keragaman hayati ASEAN ingin membantu dengan bekerja sama dalam konteks membangun kemitraan di wilayah tersebut."
Dalam konferensi ini juga diharapkan enam negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan Timor Leste, dapat menyepakati Coral Triangle Initiative atau CTI. Inisiatif ini merupakan salah satu upaya penyelamatan terumbu karang dari berbagai kerusakan lebih jauh di perairan keenam negara yang bertetangga tersebut.
Sementara dalam hal penanggulangan perubahan iklim, penelitian memperkirakan bahwa laut dapat menyerap emisi karbon dioksida hingga 50 kali lebih efektif dari yang diserap atmosfer. Wilayah perairan Indonesia diyakini dapat menyerap hingga 40 juta ton CO2 pertahun. Masih menjadi perdebatan apakah nantinya laut Indonesia akan diperlakukan seperti hutan Indonesia dalam jual beli emisi dalam perlindungan iklim.
Miranti Hirschmann
Editor: Ayu Purwaningsih

Popular Posts