Venus Messe: Mengincar Bintang Indonesia

**Box**

Kemampuan berbahasa memang tidak diutamakan dalam industri ini. "Yang penting wajah dan nekat," kata Executive Producer Rumah Produksi Oriental Dreams, Yoshi Kasuga.

DI Indonesia, sudah ribuan DVD porno disita polisi, dan penjualnya dibuat kocar-kacir. Namun, aneh tapi nyata, pada minggu berikutnya, mereka kembali berjualan di tempat yang sama dengan stok melimpah. Penjaja barang haram di lapak kaki lima ini hafal sederet nama bintang film porno sekaligus nama rumah-rumah produksinya. Calon pembeli biasanya tinggal menyebut nama, dan mereka akan segera menyodorkan beragam judul.

Bila koleksi dianggap tak up to date, mereka buru-buru menghubungi kolega terdekat untuk melengkapi permintaan sang calon pembeli. Kadang mereka mengubah strategi penjualan dengan menyembunyikan dagangannya. Mereka mendekati calon pembeli yang sedang celingukan mencari barang haram itu dengan berbisik, "Sayang istri?"

Bisnis esek-esek dengan segala variasinya memang menggiurkan. Menurut beberapa sumber, total perdagangan dunia untuk adult entertainment melebihi angka US$ 56 milyar per tahun. Untuk Amerika saja, review majalah Forbes menyebutkan, penjualannya sekitar US$ 11 milyar per tahun (menurut The New York Times, angka ini melampaui angka bisnis film Hollywood).

Salah satu raksasa di bisnis ini adalah Private. Bila Anda membisikkan nama ini kepada para pedagang film biru di lapak-lapak Glodok, Jakarta, mereka bakal merespons dengan komentar, "Bagus deh, nggak jorok." Selama lebih dari 35 tahun, Private bergerak di bawah Media Group Inc yang berbasis di Barcelona, Spanyol. Sejak Berth Milton mengambil alih pimpinan pada 1991, Media Group banyak mengalami kemajuan dengan mengikuti perkembangan teknologi mutakhir. Saat ini saja, mereka sedang mempromosikan produk lewat PDA. Rencananya, ke depan mereka akan menyapa pelanggannya dengan teknologi 3G.

Sejak 1992 hingga kini, mereka telah memproduksi sekitar 500 judul film video dengan format canggih. Jaringan distribusinya 155.000 toko di seluruh dunia. Website mereka menarik 2,5 juta peselancar yang mengunjungi 60 juta halaman maya mereka per bulannya.

Perkembangan paling mencolok adalah produksi DVD mereka. Dimulai pada 1996, saat ini Private sudah memproduksi secara independen lebih dari 250 judul film. Setiap bulan, mereka menelurkan rata-rata10 judul baru. Tiap film berdurasi sekitar satu setengah sampai dua setengah jam. Private selalu menggunakan format mutakhir pada film-filmnya, seperti 16:9 anamorphic widescreen.

Private lebih berkelas dibandingkan rumah-rumah produksi lainnya. Mereka syuting di tempat-tempat mewah dan berkelas, seperti hotel-hotel bintang lima di Paris, menyewa kastil gaya barok di Prancis, St. Martin, Cannes, Kepulauan Sicillia, menyewa yacht mewah, dan pemandangan eksotis di Republik Dominika.

Pada 1999, Media Group Inc menjadi satu dari tiga perusahaan hiburan dewasa yang terdaftar di Bursa Nasdaq, Amerika Serikat --dua lainnya adalah Playboy dan Rick's Cabaret). Mereka juga mensponsori perhelatan olahraga mahal, seperti reli Formula 3000, power boat racing, yacht racing, dan pertandingan golf internasional.

Zaida Mas, Public Relations Media Group, menyebutkan bahwa Private sukses karena memajang gadis-gadis cantik dan berkelas, plus sutradara yang sudah punya nama. "Background kami juga bukan tempat sembarangan. Makanya, kami meraih berbagai penghargaan untuk film-film kami," katanya berpromosi. Kali ini, film terbaru Private Millionaire saja menyabet dua Venus Award untuk kategori produk DVD terbaik Jerman dan film Eropa terbaik. Salah satu aktris keturunan Asia mereka, Katsumi, juga menyabet Venus Award untuk kategori aktris Eropa terbaik. Penghargaan khusus (International Honorary Award) diraih pula oleh Chairman Private, Berth Milton.

Majalah Forbes Global edisi 29 Oktober 2001 memasukkan Private sebagai satu dari 20 best small companies in the world for 2002 berdasarkan perkembangan yang pesat, manajemen perusahaan yang impresif, serta inovasi yang diterapkan pada produk dan servis.

Harga DVD dengan sampul standar sekitar 35 euro. Edisi khusus kolektor dengan sampul luks dan DVD ekstra mengenai proses pembuatan film tersebut bisa dilepas dengan harga lebih dari 40 euro. Target utama mereka adalah pasar Eropa dan Amerika. Pasar Asia amat sulit ditembus, karena budaya dan agama yang menabukan produk-produk mereka.

Total penjualan Private pada 2003 dilaporkan sebesar US$ 48,4 juta, dengan keuntungan bersih sekitar US$ 6 juta. Padahal, produk-produk mereka, terutama di Asia, dibajak habis-habisan. Toh, mereka tak berniat memerkarakannya ke meja hijau. "Saat ini kami tak bisa berbuat apa-apa. Bila dihitung, memang rugi. Tapi, selama ini, kami sudah cukup meraup keuntungan" ujar Zaida Mas.

Bagaimana Private membayar artis-artis panasnya? "Itu tergantung siapa aktrisnya. Bila mereka sudah punya nama, tentu akan dibayar lebih tinggi," katanya Zaida. Model-model mereka direkrut lewat agen dari berbagai negara Eropa, terutama negara Eropa bagian timur, seperti Hongaria, Polandia, dan Ceko. Tak semua gadis-gadis itu lancar berbahasa Inggris. Ini juga yang dikeluhakan oleh kru film Private. Untuk pengambilan scene dialog, bisa diulang berkali-kali, bahkan sampai pagi, karena penguasaan bahasa mereka yang minim.

Kemampuan berbahasa memang tidak diutamakan dalam industri ini. "Yang penting wajah dan nekat," kata Executive Producer Rumah Produksi Oriental Dreams, Yoshi Kasuga. Ia bukan tipe orang Jepang yang santun. Semua pertanyaan Gatra dijawab dengan lugas. Kadang-kadang keluar dari mulutnya joke-joke porno.

Oriental Dreams berbasis di California. Semua filmnya diproduksi di Amerika. Targetnya adalah konsumen Jepang. Mereka hanya memakai aktris Asia, terutama wanita Jepang. Yoshi Kasuga berpameran di event Venus untuk mencari kesempatan menembus pasar Eropa.

Untuk produksi satu paket film dengan lima scene, waktunya ditargetkan satu hari untuk satu scene. Total waktu syuting adalah lima hari. Persiapan untuk rekrutmen, pemilihan kostum, dan set lokasi bisa makan waktu dua bulan. Proses editing sampai produksi massal perlu waktu dua bulan.

Tanpa tedeng aling-aling, ia menyebutkan jumlah honor untuk tiap aktris. "Antara US$ 3.000 dan US$ 60.000 per scene untuk aktris Jepang," kata Kasuga. Yang mereka pilih untuk film film mereka adalah gadis-gadis umur 18-25 tahun. Sebagai selingan, perusahaannya kadang merekrut gadis-gadis Asia non-Jepang. "Honor gadis non-Jepang per scene kurang dari US$ 3.000," paparnya. Ini disebabkan permintaan film dengan aktris gadis Jepang di Amerika sangat tinggi.

Yoshi Kasuga mengaku pernah memproduksi film biru dengan aktris warga negara Indonesia yang sedang studi di Amerika. Namun, seingat dia, hanya untuk satu-dua scene. "Permintaan pasarnya hampir tidak ada," katanya. Tapi, ke depan, ia mengaku tertarik untuk lebih serius mencari aktris asal Indonesia.



Memburu Venus Award

DI sela-sela adegan asyik masyuk dari layar raksasa yang sedang memutar Millionaire, film produksi Private terbaru, Gatra menemui salah satu bintangnya, Stacy Silver. Dengan rok mini dan T-shirt ketat hitam, si pirang ini tampak ragu saat diajak berbincang. "Saya hanya berbahasa Inggris sedikit," ujarnya sambil memberi isyarat "sedikit" dengan ibu jari dan telunjuknya.

Ia mengaku agak lelah setelah seharian duduk di stan melayani penggemarnya untuk berfoto dan memberi tanda tangan. Gadis mungil berumur 23 tahun ini adalah warga negara Republik Ceko. Saat ini, ia baru berperan dalam enam film porno. Ia merasa senang direkrut Private. "Saya bisa keliling dunia," kata dia. Mata birunya berbinar.

Bintang Millionaire lainnya, Claudia Ferrari, 27 tahun, lebih percaya diri. Berdiri di atas hamparan karpet merah dan memegang segelas sampanye, ia bercerita sudah membintangi sederet film biru dari berbagai rumah produksi. Awalnya, wanita kelahiran Hongaria ini bekerja di salon kecantikan sebagai manicurist (perawat kecantikan tangan dan kuku).

Suatu saat, ia diajak oleh sang kekasih untuk menilik tempat kerjanya. Namun di sana, ia langsung dilirik seorang produser untuk melengkapi produksi sesi foto yang tengah diadakan. Kariernya terus menanjak menjadi model untuk sesi foto panas, kemudian merambah industri film.

Ketika ditanya bagaimana rasanya pertama kali harus beradegan ranjang di hadapan kamera, ia menjawab sembari menyibakkan rambutnya yang legam, "Pengalaman yang menarik. Amat menyenangkan dan betul-betul baru," Claudia juga mengaku tak merasa risi saat harus berakting di hadapan kru film.

Bila tiba saatnya harus pensiun dari pekerjaannya saat ini, ia siap beralih profesi menjalankan bisnis toko seks atau toko pakaian. ''Namun bekerja sebagai perawat di rumah sakit adalah cita-cita saya sejak kecil," katanya.

Baik Stacy maupun Claudia mengakui, Venus Award jadi salah satu ukuran keberhasilan. Seperti para artis "serius" yang mendambakan Oscar, para pelakon film porno rata-rata memimpikan bisa memeluk Venus Award. Sebagaimana Oscar, Venus juga bisa mengerek honor. "Saya merasa lebih safe," kata Lexingtoon Steele.

Pria kulit hitam tinggi besar berumur 32 tahun dan tinggal di Los Angles itu lagi bersenang hati atas penghargaan Venus Award yang diraihnya sebagai aktor video seri paling sukses di Eropa. Gayanya cool. Bau tubuhnya semilir wangi parfum mahal. Prestasi yang telah diraih selama enam tahun menggeluti industri film panas adalah 12 penghargaan dari Amerika dan dua dari Eropa.

Ia tidak hanya bermain sebagai aktor, melainkan juga bekerja sebagai produser dan sutradara di bisnis yang sama, tentunya. Saat ini, ia menjalankan bisnis bernama Mercenary Pictures. Film seri andalannya yang dibintangi dan disutradarainya sendiri berjudul Black Hammer, Lex Steele XXX, dan Superwhores. Sejauh ini, ia telah menyutradarai 35 video.

Semua filmnya diproduksi di Amerika dan sudah merambah pasar dunia, terutama Eropa. Untuk pasar Asia, ia mengaku belum punya distributor, karena memang sulit ditembus.

Jebolan Syracuse University 1993 itu memiliki dua gelar, salah satunya bachelor of arts. Ia memulai kariernya sebagai broker. Tahun 1996, ia mulai terjun ke dunia modeling, kemudian masuk dunia perfilman. Pada 1998, Steel pindah dari New York ke Los Angeles. Ia telah membintangi 700 scene film dengan 1.200 wanita dari seluruh dunia. Saat ditanya mengenai kehidupan pribadinya, ia mengaku hidup seperti orang biasa. Dalam empat tahun ini, ia membina hubungan dengan seorang wanita yang tadinya sutradaranya sendiri.

Miranti SoetjiptoPublished: Gatra 22/16 April 2005

Popular Posts