Anwar Ibrahim: Datang Lagi Meniup Angin Reformasi


Kiprah politik Anwar Ibrahim tergantung kesehatan dan pembatalan vonis korupsinya. Akankah ia memilih kembali ke UMNO atawa membangun barisan oposisi?

HENING di lobi Klinik Alpha, Munich, Jerman, pecah. Senin malam lalu, tepat pukul 19.50 waktu setempat, mantan orang nomor satu Indonesia, B.J. Habibie, dan istrinya, Ainun Habibie, muncul di pintu klinik sambil menebar senyum. Puluhan orang terpana melihat kehadiran pasangan ini. Bersepatu dan topi senada, cokelat muda, Habibie berjalan dibantu dengan tongkat. Gatra mencoba memecah sunyi. "Ah, Pak Habibie tiba."

Kerumunan di lobi klinik itu pun seolah tersadar. "Oh, selamat datang, selamat datang." Wan Azizah, istri mantan Deputi Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, segera menyambut pasangan Habibie, bersalaman dan berbicara akrab. Mereka pun lalu duduk di kursi lobi. Di depan Gatra, Habibie bercerita. "Pagi tadi saya baru mendapat kabar Anwar ada di Munich untuk operasi," katanya.

Siangnya Habibie mendapat telepon langsung dari Anwar. Ia sempat berbicara dan berdoa demi keberhasilan operasi Anwar. "Saya berjanji untuk mengunjunginya, sehingga saat ia membuka mata, yang ia lihat selain istrinya adalah saudaranya, Habibie," kata Habibie sambil tersenyum. Tak lama kemudian, Dr. Thomas Hoogland, dokter yang menangani Anwar Ibrahim, muncul menemui Habibie.

Beberapa menit setelah Hoogland keluar, orang-orang yang telah menunggu di lobi tampak antusias dan setengah berlari menuju ruang tempat Anwar terbaring. Muhamad Sabo, warga Malaysia yang terbang langsung dari Beirut untuk menjenguk Anwar, berseru, "He is coming!" Dengan dipapah Wan Azizah dan seorang staf medis, Anwar tampak melangkah perlahan-lahan keluar dari ruang pasca-operasi.

Ayah Anwar, Ibrahim Abdurahman, langsung mencium dan memeluk putranya. Ia tampak bahagia. Berikutnya, Habibie menyalami, memeluk Anwar, dan berbicara perlahan untuk membesarkan hatinya. "Selamat, selamat," katanya. Di belakangnya menyusul kemudian anak-anak Anwar, Muhammad Idzhan dan Nurul Iman. Mereka yang hadir tampak tak sanggup bicara karena rasa haru dan syukur yang besar.

Operasi tulang belakang Anwar di Klinik Alpha dimulai pukul 15.00 waktu setempat dan selesai 15 menit lebih cepat dari dua jam yang direncanakan. "Operasinya sukses. Barusan Dokter Hoogland memberi isyarat dengan dua ibu jari dari ruang operasi," kata Agnes Ramirez, Humas Klinik Alpha, kepada Gatra. Namun sukses operasi itu masih harus menunggu hasil terapi lanjutan selama tiga hingga empat pekan.

Kehadiran Anwar untuk menjalani operasi spinal stenosis di Klinik Alpha merupakan kebahagiaan yang telah lama dinanti. Sejak 2001, Hoogland mendesak Anwar untuk segera menjalani operasi sebelum penyakitnya mengakibatkan kelumpuhan permanen. Tapi, apa hendak dikata, Pemerintah Malaysia tak kunjung memberi izin. Maklum, Anwar adalah narapidana paling "berbahaya" di negeri itu.

Tapi, bagi Anwar, keadilan akhirnya datang meski terlambat. Pada Kamis 2 September lalu, mahkamah federal membatalkan tuntutan sembilan tahun yang dikenakan pada Anwar atas tuduhan sodomi. Hakim Abdul Hamid mengatakan, jaksa penuntut umum gagal mengajukan bukti otentik dan masuk akal atas tuduhan sodomi itu. Anwar Ibrahim pun langsung bebas.

Mendadak, dari seorang pesakitan Anwar berubah menjadi begitu diistimewakan. Keperluannya segera diurus negara. Paspornya, Jumat pekan lalu, selesai hanya dalam waktu satu jam. Reputasi dan ketokohan Anwar Ibrahim memang segera terlihat begitu dia dibebaskan. Ucapan selamat, misalnya, berdatangan dari para pemimpin dunia.

Raja Arab Saudi malah secara khusus menawarkan pesawat pribadinya untuk membawa Anwar berobat ke Jerman. Meski, Anwar akhirnya menolak dengan halus tawaran bantuan itu. Tokoh seperti Habibie, yang menjadi Presiden Indonesia ketika Anwar dipecat dari jabatannya sebagai wakil perdana menteri, tak mau kehilangan kesempatan menjadi orang pertama yang menengok Anwar pasca-operasi.

Bukti lain, begitu bebas rumah Anwar di kompleks perumahan elite Damansara, Kuala Lumpur, disesaki massa. Ribuan orang datang silih berganti untuk silaturahmi. "Antrean sudah terlihat sejak pagi, padahal Anwar baru tiba pukul 13.30," kata Joko, pria asal Yogya yang sudah enam tahun menjaga kediaman Anwar. Layar proyektor berukuran 1,5 x 2 meter disediakan untuk mereka yang tak bisa melihat Anwar dari dekat.

Saking padatnya, tamu yang datang terpaksa masuk bergiliran dalam barisan sepanjang 20 meter. Setiap dua jam, pria kelahiran Penang, 10 Agustus 1947, yang mengenakan penyangga leher dan pembebat perut itu kembali ke biliknya untuk rebahan selama 50 menit. Pada pintu bilik kamar Anwar tertempel stiker tanda larangan untuk ISA (Internal Security Act), yang ampuh meredam progresivitas gerakan barisan pembangkang.

Tak hanya simpatisan dari kalangan posisi, Anwar juga menerima menantu Badawi, Khairy Jamaluddin, Youth Deputy Chief-elect Organisasi Nasional Malaysia Bersatu (UMNO). Ia berkunjung untuk mengucapkan tahniah atas bebasnya Anwar dan memberikan surat pengurusan paspor. Sabtu siang, anggota Ahli Majelis Tertinggi UMNO, Datuk Kali Yunus, juga tampak menyempatkan datang.

Sumber Gatra di kediaman Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa Yunus membawa cerita tentang sejumlah orang UMNO yang bergembira dan ikut merayakan kebebasan Anwar. Prahara yang menimpa karier politik Anwar, dan yang menyebabkannya masuk penjara, memang bukan buah pertentangannya dengan UMNO, melainkan bermula dari selisih paham dengan Mahathir Mohamad, Perdana Menteri Malaysia ketika itu.

Orang nomor satu Malaysia ini tak setuju pada kebijakan ekonomi Anwar --yang ketika itu juga menjabat sebagai Menteri Keuangan-- berkenaan dengan krisis ekonomi yang melanda Asia. Ketika itu, Anwar tak setuju pada kebijakan Mahathir mematok kurs ringgit pada angka 3,8 terhadap dolar Amerika Serikat, untuk menyelamatkan ringgit Malaysia yang sempat terdepresiasi sampai 35%.

Belakangan, strategi yang diambil "Dr. M", demikian Mahathir biasa dipanggil, terbukti mampu menyelamatkan ekonomi Malaysia dari badai krisis. Namun, bagi Anwar, perbedaan pendapat dengan "Dr. M" ternyata membawa akibat tersendiri. Pasalnya, perbedaan pendapat keduanya ternyata bermuara maraknya protes anti-pemerintah di jalanan Kuala Lumpur.

Ratusan pendemo tiba-tiba muncul menuntut reformasi sistem ekonomi. Gagasan para demonstran, yang juga diusung kubu Anwar ketika itu, sejalan dengan liberalisme global yang disokong Dana Moneter Internasional (IMF). Mahathir pun melihat demo jalanan ini sebagai "pekerjaan" Anwar. Maka, Mahathir mencopot Anwar dari jabatannya, dengan alasan secara moral tak cukup pantas menjadi pemimpin Malaysia.

Tak lama setelah dipecat, Anwar ditahan dengan tuduhan melakukan sodomi dan korupsi. Selain menyingkirkan "putra mahkotanya" itu, Mahathir juga memenjarakan enam pendukung Anwar karena aksi protes menuntut pembubaran pemerintah. Mereka masuk bui tanpa melalui proses hukum.

Dalam kasus korupsi yang dikenakan terhadapnya, Anwar telah dihukum enam tahun penjara pada 1999. Tapi dia mendapat remisi dan bebas tahun ini. Sedangkan pada kasus sodomi, Anwar dikenai hukuman penjara sembilan tahun pada tahun 2000. Bersama kakak angkatnya, Sukma Darmawan Sasmita Atmadja, Anwar dituduh menyodomi Azizan Abu Bakar, sopir keluarga, beberapa kali antara Januari dan Maret 1993.

Bebasnya Anwar Ibrahim mengundang spekulasi beberapa pengamat Malaysia. Sebagian menilai putusan pengadilan federal itu sebagai manuver Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi untuk mencari simpati rakyat. Pasalnya, Badawi yakin, dukungan terhadap Anwar telah reda. Suara Partai Keadilan Nasional yang didirikan Istri Anwar, Wan Azizah, jeblok pada pemilihan umum 21 Maret lalu.

Sementara itu, Barisan Nasional, koalisi yang dimotori UMNO, meraih 195 dari 219 kursi atau 89% dari total kursi. Tambahan lagi, di tengah isu terorisme, Badawi juga sukses merebut simpati rakyat yang menginginkan tokoh Islam yang toleran, maju, dan modernis. Maka, bagi Badawi, ini momen paling tepat untuk melepaskan Anwar. Tapi tudingan campur tangan dibantah Badawi. "Ini murni putusan pengadilan. Kami menerimanya," katanya.

Pak Lah, sebutan untuk Abdullah Badawi, juga menegaskan bahwa tak ada deal politik di balik pembebasan Anwar. Spekulasi bahwa Badawi bakal mengundang Anwar kembali aktif di UMNO juga ditepis. Meski kemungkinan itu ada, Pak Lah menyatakan bahwa Anwar sejak awal sudah membangun komitmen untuk membentuk partai oposisi. Tapi, di atas kertas, kembalinya Anwar ke UMNO bukanlah sesuatu yang mustahil.

Deputi Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak sudah melempar isyarat. "Kami akan menerima setiap tawaran kerja sama demi kepentingan bangsa, baik dari Anwar maupun oposisi lain," kata Najib. Dalam artikelnya di The Straits Time, Joseph Liow Chin Yong, asisten profesor di Institute of Defence and Strategic Studies, memandang bisa saja Badawi menerima Anwar kembali untuk menyuntikkan spirit reformasi di tubuh UMNO, yang kini sedang macet karena masalah politik uang.

Diterima kembalinya pembangkang bukanlah hal baru dalam sejarah UMNO. Mahathir, misalnya, pernah dipecat dari UMNO pada 1969 karena berselisih dengan Tunku Abdul Rahman yang ditudingnya tak becus menangani administrasi partai. Toh, Mahathir bisa kembali lagi ke UMNO berkat bantuan Tun Abdul Razak dan bekas Menteri Besar Selangor Harun Idris.

Uniknya, giliran Harun Idris yang kemudian dipecat pada 1976 dan dipenjara karena tuduhan korupsi. Tapi pintu maaf UMNO dibuka untuk Harun Idris pada 1982 atas perintah Mahathir. Bahkan Badawi sendiri pernah "tersingkir". Ia harus membayar mahal dukungannya ke faksi Tengku Razaleigh Hamzah yang berseteru dengan Mahathir pada 1987. Ketika itu, Badawi tersingkir dari lingkaran elite Mahathir.

Tapi, sejauh ini, justru semangat tetap beroposisilah yang diperlihatkan Anwar. Dalam orasi di depan pendukungnya, Anwar bertekad tetap memperjuangkan agenda reformasi di pelbagai bidang. Anwar ingin membenahi kekuasaan kehakiman, korupsi, penguasaan ekonomi di tangan sekelompok orang, serta membangun demokrasi. Sejumlah persoalan yang, menurut dia, berjalan di tempat selama 22 tahun kekuasaan Mahathir.

Tetapi, apakah ide reformasi yang diusung Anwar bakal laku? Menurut kolomnis dan pengacara, Karim Raslan, itu semua sangat tergantung langkah Anwar selanjutnya. "Mampukah Anwar menawarkan ide segar yang lebih menarik dibandingkan strategi reformasi Badawi," katanya. Menurut alumni Universitas Cambridge, Inggris, ini, seperti halnya negara Asia lain, orang Malaysia juga sangat memerlukan demokratisasi.

Di mata Karim, sebagai tokoh Islam yang punya koneksi luas, Anwar bisa mengusung ide pembaruan Islam dan peranan Islam dalam kelembagaan negara. Apa pun, di luar atau di dalam UMNO, Karim yakin, dalam satu dekade lagi, dialog politik di Malaysia akan sangat diwarnai oleh sosok Anwar.

Namun ambisi Anwar untuk bisa segera kembali ke panggung politik sangat tergantung keputusan pengadilan tinggi. Tim pengacara Anwar, Senin lalu, menuntut pengadilan untuk membatalkan vonis bersalah kliennya atas tuduhan korupsi. Permintaan itu belum dikabulkan. Tetapi, panel tiga hakim pengadilan federal telah memutuskan bersedia mengkaji kembali vonis itu.

Pada 2002, hal serupa pernah diajukan tim pengacara Anwar. Tapi, ketika itu, majelis hakim menolak pengkajian ulang atas vonis korupsi itu. Di Malaysia, mantan narapidana baru boleh berpolitik lagi lima tahun setelah ia mengakhiri masa hukuman penjaranya. Akibat ketentuan ini, Anwar tak bisa berpolitik sampai pemilu April 2008. Aturan yang mengekang itu tak berlaku apabila hakim kelak membatalkan vonis Anwar.

"Dakwaan dan hukuman untuk Anwar harus dikesampingkan, agar ia dapat cepat ke kehidupan publiknya," kata Karpal Singh, pengacara Anwar, seperti dilaporkan BBC News. Tapi, dari dalam negeri, sebuah analisis berbeda datang dari Ketua Partai Amanat Nasional Amien Rais. Amien menilai pembebasan Anwar bakal tak mengubah peta politik di negeri jiran itu.

"Seorang yang terlempar dari kekuasaan, untuk come back sudah sangat sulit," katanya kepada Mukhlison S. Widodo dari Gatra. Benarkah Anwar tak akan sanggup meniupkan lagi angin reformasi di Malaysia? Waktu yang akan menjawabnya.

G.A. Guritno, Luqman Hakim Arifin, Bambang Sulistiyo (Kuala Lumpur), dan Miranti Soetjipto (Munich)



Harga Mahal Beda Pendapat

DENGAN penerbangan komersial Malaysian Airlines, Datuk Seri Anwar Ibrahim tiba di Bandara Frannz Josef Strauss, Munich, Jerman, pada pukul 09.30. Dia didampingi istrinya, Wan Azizah, dan dua anaknya. Tokoh reformasi Malaysia ini juga disertai dokter ahli bedah saraf Malaysia, Dr. Halili Rahmat, serta Azmin Ali, Wakil Ketua Partai Keadilan Malaysia. Mereka disambut puluhan warga Malaysia yang menunggu sejak pagi.

Setelah penerbangan selama 15 jam, rombongan Anwar masih harus menempuh setengah jam perjalanan darat menuju Klinik Alpha yang terletak di Arabella Park, Munich. Klinik tersebut mudah dijangkau karena amat dekat dengan stasiun kereta bawah tanah. Klinik yang berdiri sejak 1989 itu khusus menangani gangguan pada tulang belakang dan lutut.

Sekitar 25% pasien Klinik Alpha berasal dari luar Jerman. Kerena itu, staf rumah sakit ini berasal dari berbagai bangsa dan siap menyambut pasien dengan 20 bahasa berbeda. Tapi, saking banyaknya pasien dari kawasan Timur Tengah, Klinik Alpha kini punya bagian yang khusus menangani tamu-tamu dari sana.

Ruang-ruang di klinik itu didesain mewah laiknya hotel bintang lima. Ada 18 ruang rawat inap, sebuah ruang operasi yang didesain khusus dan steril, ditambah fasilitas fisioterapi modern.

Setibanya Anwar di klinik, Dokter Thomas Hoogland, pemilik Klinik Alpha yang menanganinya, langsung melakukan diagnosis, tes laboratorium, dan tes magnetic resonance images (MRI). Sebelum mengoperasi Anwar, Hoogland mendiskusikan hasil pemeriksaan itu dengan Anwar dan Halili.

Hoogland, pakar bedah tulang belakang itu, menyebut Anwar menderita slip dics dan spinal stenosis. "Inilah yang menyebabkan pasien menderita gangguan tulang belakang dan sulit berjalan," katanya.

Usai operasi, pukul 17.15 waktu setempat konferensi pers langsung digelar. Tim dokter yang menangani Anwar Ibrahim terdiri dari empat dokter. Selama operasi, Halili tetap mendampingi jalannya operasi sebagai pengamat. Hoogland menyatakan bahwa selama operasi tak terjadi komplikasi. "Selama pembiusan, ia mendengkur dan membuat kami lebih giat bekerja," katanya.

Meski operasi terbilang sukses, Hoogland tak bisa memastikan apakah Anwar bisa aktif kembali di dunia politik seperti sediakala. Ia menyatakan, kerja politik butuh pemikiran yang keras, dan itu memerlukan kesehatan fisik yang sempurna. Dokter yang sangat menyukai golf itu menambahkan bahwa Anwar masih perlu waktu untuk rehabilitasi pasca-operasi yang makan waktu empat pekan.

Ada berbagai versi mengenai asal-muasal penyebab luka punggung Anwar. Ada yang menyebut Anwar mengalami cedera tulang belakang di penjara pada awal 2001 saat berolahraga sepak takraw. Namun ada yang menyatakan, cedera itu diperolehnya ketika jatuh dari naik kuda, kala Anwar masih muda. Tak pernah jelas mana yang paling benar. Tapi banyak media mengaitkannya dengan siksaan polisi terhadap Anwar.

Siksaan fisik mulai mendera tubuh Anwar sejak polisi menyerbu rumah dan menahannya pada 9 September 1999. Ia dituduh melawan penguasa dan melakukan sodomi. Di bawah Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri (Internal Security Act), Mahathir Mohamad menangkap dan menjebloskannya ke penjara. Ketika muncul di depan pengadilan, pada 29 September, pelupuk mata kirinya tampak lebam bekas pukulan.

Pukulan bertubi-tubi yang dilakukan interogator di dalam penjara menyebabkan luka serius pada tubuh Anwar. Menurut pengacaranya, Sankara Nair, sejumlah pukulan mencederai tulang punggung. Ginjal Anwar mengalami pembengkakan, dan saraf di tulang belakangnya rusak. "Meskipun kini ia tak lumpuh, namun perlahan dan secara pasti ia mendekati kelumpuhan," kata Nair, seperti ditulis BBC News, pertengahan Juli lalu.

Kelumpuhan itu sudah terasa pada kaki kiri Anwar yang mulai mati rasa. Sedangkan ginjal yang tak beres, menurut Sankara, menyebabkan kandung kemih Anwar ikut rusak. Untuk menghindari kerusakan yang lebih parah pada tulang belakangnya, selama tiga tahun terakhir Anwar selalu berkursi roda. Lehernya ditopang dengan plastik dan perutnya dibebat kain khusus agar posisi tulang belakangnya tetap lurus.

Pada awal Maret 2001, Hoogland yang tiap tahun rata-rata melakukan 900 operasi tulang belakang datang ke Kuala Lumpur untuk memeriksa kondisi Anwar. Ia menyimpulkan, Anwar harus segera mendapat operasi di Klinik Alpha, Munich. Namun pemerintahan Mahathir tak mengizinkan, karena Anwar dikhawatirkan lari mencari suaka politik.

Sedangkan Hoogland tak bisa mengoperasi Anwar di Kuala Lumpur, dengan alasan keterbatasan alat dan kurangnya dokter ahli pembiusan. Beruntung, sebelum keadaan Anwar makin parah, vonis bebas datang dari hakim-hakim pengadilan federal. Apa pun, garis hidup Anwar menunjukkan bahwa mantan Deputi Perdana Menteri Malaysia itu harus membayar mahal perjuangannya untuk berbeda pendapat menegakkan demokrasi.

G.A. Guritno, dan Miranti Soetjipto (Munich)



Badawi Menunggu Lawan

BEBASNYA Anwar Ibrahim ternyata ada hubungannya dengan Endon Mahmood, istri Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi. Setidaknya, itulah cerita yang beredar diam-diam di lingkaran dalam Anwar Ibrahim. Menurut penuturan seorang sekutu dekat Anwar kepada Gatra, sang istrilah alasan mengapa Badawi "membiarkan" pengadilan federal membebaskan Anwar.

Konon, Badawi menjadi lebih "peka" pada penderitaan Anwar setelah Endon Mahmood mengidap kanker yang membutuhkan operasi khusus di Amerika Serikat. Keberhasilan operasi terhadap Endon Mahmood ini pula yang dipakai Wan Azizah Wan Ismail, istri Anwar, sebagai "senjata" ketika berkesempatan bertemu Badawi sekitar satu bulan sebelum sidang pengadilan yang membebaskan Anwar.

Kepada Badawi, Wan Azizah mengisahkan penderitaan Anwar yang tak kunjung bisa berangkat ke Jerman untuk melangsungkan operasi tulang belakangnya. Boleh jadi, inilah "kesepakatan" antara Badawi dan Wan Azizah, yang belakangan diributkan pers Malaysia. Pasalnya, menjelang sidang, Badawi mempersilakan pengadilan federal memutus perkara tanpa tekanan.

Tapi, terlepas dari kebenaran kisah itu, Badawi jelas sangat diuntungkan dengan keputusan para hakim federal untuk membebaskan Anwar. Pasalnya, keputusan itu ibarat melepas beban berat dari pundak Badawi. Melenggangnya Anwar keluar dari tahanan menjadi semacam pembuktian bahwa Badawi sama sekali bukan bayang-bayang pendahulunya, Mahathir Mohamad.

Selama ini, Badawi memang berupaya keras melepaskan diri dari citra sebagai pion Mahathir. Badawi rajin mengampanyekan diri sebagai reformis. Ia menunjukkan pemerintahannya tak memberi toleransi pada kroniisme era Mahathir. Pada Oktober lalu, tak lama setelah menduduki kursi perdana menteri, Badawi secara mengejutkan membatalkan beberapa megaproyek yang disetujui Mahathir.

Salah satunya adalah proyek pembukaan jalur kereta api baru senilai M$ 14,5 milyar, yang ditangani konsorsium milik Syed Mokhtar Al-Bukhary. Pengusaha ini sudah lama dikenal sebagai kawan dekat Mahathir. Proyek besar lain yang juga dikuasai pengusaha kawan Mahathir, yaitu pembangunan jembatan ke Singapura dengan nilai M$ 1,2 milyar, juga dibatalkan Badawi.

Selain itu, Badawi juga menetapkan semua kontrak proyek pemerintah harus diperebutkan lewat tender terbuka. Keputusan ini di atas kertas membuka peluang bagi perusahaan dan pengusaha yang tak dekat dengan pejabat pemerintah untuk memperoleh kontrak proyek. Selain urusan kontrak, Badawi juga serius meluncurkan kampanye antikorupsi.

Ia, misalnya, berani mengirim dua tokoh penting ke meja hijau. Salah satunya adalah anggota kabinetnya sendiri, Kasitah Adam, Menteri Pertanahan dan Kerja Sama Pembangunan, yang dituduh korupsi. Tokoh lainnya adalah tycoon Eric Chia, mantan pemimpin Perwaja, perusahaan besi negara, yang dikenai tuduhan cedera janji atau wanprestasi.

Untuk sementara, tindakan-tindakan Badawi --yang punya julukan Mr. Nice Guy-- itu berhasil merebut simpati publik. Pada pemilihan umum Maret lalu, Badawi secara mengejutkan berhasil membuktikan bahwa mandat rakyat pada kepemimpinannya cukup besar. Barisan Nasional yang dipimpinnya menang besar, meraih sekitar 64% suara, pada pemilu itu.

Boleh jadi, keyakinan pada mandat rakyat yang besar inilah yang menyebabkan Pak Lah, panggilan akrab Badawi, tak merasa perlu menghalang-halangi pembebasan Anwar. Apalagi, latar belakang Pak Lah yang punya darah keturunan ulama Melayu terkemuka tak membuatnya jeri menghadapi citra aktivis Islam yang selama ini tersematkan pada Anwar Ibrahim.

Toh, Badawi masih harus terus membuktikan janjinya untuk memberantas korupsi dan mengusung Islam yang lebih progresif dan modern. Pasalnya, di awal masa kepemimpinannya, Mahathir pun menjanjikan hal yang sama. Tapi, di ujung masa jabatannya, sejarah mencatat, Mahathir justru kehilangan basis dukungan, terutama dari puak Melayu.

Pak Lah juga tetap harus hati-hati. Daya pikat kubu oposisi tak bisa dikatakan lenyap. Perolehan suara Barisan Nasional di bawah Badawi pada pemilu lalu masih jauh di bawah perolehan suara Mahathir di puncak popularitasnya pada 1995. Yang jelas, Badawi harus waspada. Boleh jadi, pada pemilu empat tahun mendatang, muncul kekuatan oposisi baru bernama Anwar Ibrahim.

Krisnadi Yuliawan, dan Bambang Sulistiyo (Kuala Lumpur)

Published: Gatra 44/ 18 Sept 2004

Popular Posts