Dari Dangdut Hingga Facebook




Daftar Perolehan Suara Sementara Pemilu 2009 (Yahoo! News/REUTERS/Supri)Pengalaman adalah guru yang berharga. Begitu kira-kira pakem yang dipegang panitia pemilihan luar negeri (PPLN) di Berlin, Jerman. Tingginya angka golput dalam Pemilu 2004 tak boleh terjadi lagi. Pada saat itu, dari sekitar 1.200 pemilih yang terdaftar di Berlin, hanya 30% yang menggunakan hak pilihnya. Kini mereka mati-matian melakukan sosialisasi Pemilu 2009 kepada warga negara Indonesia (WNI) yang bermukim di sana. Berdasarkan pendataan terakhir, terdapat 1.606 WNI di Berlin yang masuk daftar pemilih tetap (DPT).

WNI yang tinggal di Jerman memang lumayan tinggi. Jumlah terbanyak tinggal di Frankfurt, 6.504 orang. Ini angka DPT terbesar kedua di Eropa. Angka DPT terbesar tercatat di PPLN Den Haag, Belanda, yakni 15.743 orang. Karena itu, PPLN di Eropa juga berupaya keras agar jumlah pemilih yang lumayan besar ini tidak tersia-sia. Mereka bergerilya dari kota ke kota untuk menyosialisasikan Pemilu 2009.

PPLN Frankfurt, misalnya, melakukan sosialisasi secara berantai di 10 kota pada enam negara bagian, yaitu di Nuernberg, Muenchen, Duisburg, Aachen, Karlsruhe, Stuttgart, Koeln, Giessen, Freiburg, dan Frankfurt. PPLN bekerja sama dengan warga setempat dan mahasiswa melakukan sosialisasi, yang umumnya dilaksanakan pada Sabtu atau Minggu. Ajang ini juga sering dimanfaatkan untuk bersilaturahmi dengan warga Indonesia lainnya.

Sepekan sebelum dilaksanakan, biasanya PPLN Frankfurt dan KJRI mengumumkan rencana sosialisasi itu lewat mailing list dan pengumuman di website PPLN. Hasilnya memang belum optimal. Dari pemantauan Gatra di sana, sosialisasi itu berjalan sepi-sepi saja. Meski begitu, menurut Ketua PPLN Frankfurt, Didit Pralambang, selama beberapa kali sosialisasi, banyak yang menunjukkan ketertarikan terhadap pemilu.

Cukup banyak WNI yang mengikuti sosialisasi mengajukan pertanyaan ketika penyuluhan berlangsung. Menurut Didit, WNI di Frankfurt dan luar negeri umumnya memang bingung dengan banyaknya partai peserta pemilu. “Mereka juga tidak kenal dengan para calon anggota legislatif (caleg),” katanya kepada Gatra. Nama caleg daerah pemilihan luar negeri yang cukup dikenal para pemilih di sana terbatas, seperti Okky Asokawaty, mantan model, dan Alwi Shihab, Menteri Luar Negeri pada era Presiden Abdurrahman Wahid. Karena itu, ia dan tim PPLN-nya menyarankan warga untuk aktif mencari informasi mengenai apa dan siapa para caleg itu lewat internet.

Animo masyarakat mengikuti sosialisasi pemilu berbeda-beda di setiap kota di Jerman. Di Koeln, animo masyarakat sangat tinggi, sehingga acara yang diselenggarakan ibu-ibu WNI di Restoran Haus Java penuh sesak, bahkan beberapa pengunjung terpaksa berdiri di luar. Di Duisburg, peminatnya juga lumayan, mencapai 100 orang, terdiri dari mahasiswa, tenaga kerja Indonesia, atau pasangan campur yang tinggal di Jerman. Bahkan, usai acara sosialisasi, berlangsung diskusi politik yang berkaitan dengan pemilu.

Di Nuernberg, yang menggunakan tempat pertemuan cukup luas, WNI menggelar bazar makanan Indonesia untuk menarik minat. Mereka juga mengiringi kegiatan daftar diri setelah penyuluhan dengan karaoke musik dangdut. Suasana riuh makin meriah karena ditingkahi lengking gembira suara anak-anak dan bayi yang dibawa orangtua mereka.

Acara sosialisasi di luar negeri umumnya diisi dengan pengarahan menyangkut sistem pemilihan. Selain itu, mereka juga dapat mengecek secara detail dan mengubah langsung alamat atau data diri mereka pada DPT untuk memperoleh formulir C4-LN guna keperluan memilih pada 9 April. Semua itu dilakukan lewat sebuah tempat yang disebut warung konsuler. Warung konsuler ini memfasilitasi warga Indonesia untuk dapat melapor diri, mendaftar, memperpanjang paspor, dan melakukan aktualisasi DPT terbaru.

Selain mengadakan event sosialisasi langsung, sejumlah PPLN di Eropa juga memanfaatkan teknologi informasi untuk melakukan sosialisasi, khususnya bagi WNI yang tinggal jauh dari kantor perwakilan. Menurut Didit Pralambang, website itu banyak manfaatnya dan sangat efektif. Banyak pertanyaan mengenai pemilu diajukan lewat website PPLN.

Website itu pun memberi banyak informasi terbaru dari KPU maupun bahan sosialisasi. Link yang paling banyak diklik para pengunjung website PPLN ini adalah galeri, untuk melihat foto foto kegiatan persiapan pemilu.

Teknologi juga mempermudah urusan. Pengembalian formulir C4-LN, misalnya, dapat dilakukan secara online. “Kebanyakan warga Indonesia di Eropa melek internet, kok,” kata Didit. Sedangkan warga yang sudah sepuh dan tak mengenal internet dibantu warga Indonesia lainnya yang tinggal dekat dengan mereka untuk mengakses internet.

Manfaat teknologi secara lebih kreatif digunakan pula oleh PPLN Berlin, Rabat, Chicago, Los Angeles, Vancouver, Bangkok, dan Sydney. Mereka melakukan sosialisasi pemilu lewat situs jaringan pertemanan Facebook. Romy Hermawan, Ketua PPLN Berlin, mengatakan bahwa cara ini efektif untuk menjaring WNI yang malas mengakses website dengan berbagai alasan atau sibuk kuliah. Lewat jaringan Facebook inilah PPLN Berlin dan kota lainnya di luar negeri bisa menjawab berbagai pertanyaan seputar pemilu.

M. Agung Riyadi, dan Miranti Soetjipto-Hirschmann (Berlin)
[NasionalGatra Nomor 22 Beredar Kamis, 9 April 2009]
http://arsip.gatra.com//artikel.php?id=124949

Popular Posts