Krisis Pangan Kembali Ancam Asia


Hasil studi Perserikatan Bangsa Bangsa menyebutkan, upaya pemulihan krisis ekonomi belum lengkap bila krisis pangan tidak diperhatikan.


Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa mengatakan bahwa krisis pangan yang telah dialami oleh 583 juta orang di sejumlah negara di Asia-Pasifik tahun 2008 lalu nampaknya akan terjadi lagi. Hal ini merupakan salah satu dampak resesi dunia. Peningkatan jumlah pengangguran dan turunnya pendapatan menambah tekanan pada rakyat miskin yang rapuh.
Negara-negara yang paling menderita krisis pangan berada di wilayah Asia Selatan, di mana 21 persen penduduknya mengalami kekurangan gizi. Negara negara yang punya tingkat kekurangan gizi cukup tinggi adalah Bangladesh, Sri Lanka dan India.
Kekhawatiran lain adalah bila situasi ekonomi pulih, tekanan kenaikan harga seperti yang terjadi tahun 2008 lalu dapat terjadi kembali. Negara-negara di Asia disarankan untuk bersiap-siap agar rakyat miskin memiliki cukup pangan selain melindungi barang-barang lain dari kenaikan harga.
Laporan yang disusun oleh Komite Ekonomi dan Sosial Asia Pasifik, ESCAP, ini dirilis pada hari Jumat (24/04) lalu. Laporan ini juga menyerukan pemerintah di negar-negara Asia untuk melaksanakan program bantuan sosial yang menjamin rakyat miskin memiliki pangan pada saat harga melambung.
Dr. Noelen Heyzer, wakil sekjen PBB yang juga menjabat sebagai salah direktur ESCAP, mengatakan bahwa upaya untuk merangsang ekonomi juga memberikan kesempatan untuk memperhatikan masalah yang berkaitan dengan ancaman krisis pangan. Laporan yang disusun ini dapat mengingatkan pada masalah ancaman pangan yang sebenarnya sementara dunia saat ini masih terfokus pada krisis ekonomi.
Di kawasan Asia Pasifik terdapat 62% penderita kurang gizi dari jumlah keseluruhan di dunia. Studi ESCAP mengidentifikasi 25 negara yang mengalami ancaman krisis pangan. Bahkan di negara negara yang tampak maju, pendapatan rata-rata nasional bisa jadi menutupi perbedaan diantara kelompok kelompok masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada sejumlah negara-negara di Asia Pasifik, berat tubuh anak-anak yang tinggal di daerah pedesaan berada dibawah normal dibandingkan berat tubuh anak-anak yang tinggal di perkotaan.
Kemiskinan adalah penyebab utama bahaya ancaman pangan. Penduduk dengan pendapatan rendah tidak mampu membeli makanan bergizi. Ketiadaan akses ke ladang juga menghalangi usaha rakyat miskin untuk menanam makanan sendiri. Penyebab lain dari ancaman pangan amat beragam, dari turunnya jumlah pendapatan panen hingga dampak kenaikan harga minyak.
Proteksi kebijakan perdagangan juga mengakibatkan kenaikan harga makanan. Untuk mencukupi kebutuhan pangan, banyak negara di Asia Pasifik terpaksa harus mengimpor dari negara lain. Ironisnya, agrikultur juga merupakan salah satu pemicu krisis pangan. Praktek pertanian seperti penggunaan pestisida dan herbisida tanpa perhitungan yang benar berakibat pengrusakan kesuburan tanah. Pembabatan hutan untuk membuka ladang pertanian malah menimbulkan banjir. Perubahan iklim juga dapat berakibat fatal pada hasil agrikultur.
Laporan yang berjudul "Pertanian berkelanjutan dan keamanan pangan di Asia Pasifik" memberi rekomendasi pad a pemecahan masalah ancaman pangan di wilayah itu. Hal yang paling mendesak adalah akses masyarakat untuk mendapatkan makanan harus diperbaiki lewat program perlindungan sosial seperti upah minimum,bantuan sosial ,dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pada saat yang sama, pemerintah negara negara Asia juga disarankan untuk mendorong produktifitas petani berskala kecil dengan memudahkan penjualan hasil panen , memperkenalkan program mikro kredit sehingga mereka dapat mempunyai ladang sendiri dan membeli peralatan baru. Juga disarankan menciptakan pola asuransi yang akan membantu komunitas petani untuk mengatasi bencana.
Miranti Hirschmann/AP/ ESPAC
Editor: Yuniman Farid

Popular Posts