"Saya Tak Akan Mengikat Diri Dulu dengan Janji"

WAWANCARA ANWAR IBRAHIM

Anwar Ibrahim telah keluar dari Klinik Alpha. Ia tak peduli pada vonis larangan berpolitik. Tetap akan menuntut reformasi demokrasi di Malaysia.

SELEPAS dari penjara, September silam, Anwar Ibrahim langsung berangkat ke Klinik Alpha di Muenchen, Jerman. Di sana, ia bekerja keras memulihkan kesehatan punggungnya. Tapi atmosfer politik tidak sama sekali hilang pada diri mantan orang kuat kedua Malaysia setelah Mahathir Mohamad ini. Sejumlah tokoh penting sempat menjenguk mantan Deputi Perdana Menteri Malaysia itu.

Tercatat, misalnya, nama Deputi Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Paul Wofowitz, sebagai salah satu pembesuk. Kini, setelah menjalani pengobatan di Klinik Alpha, cedera tulang punggung yang diderita Anwar berangsur membaik. Malah Dokter Hoogland, pakar yang menangani penyakitnya, membolehkan dia berangkat umrah pada 8 Oktober silam.

Sebelum Anwar Ibrahim berangkat ke Tanah Suci, wartawan Gatra Miranti Soetjipto sempat menemuinya untuk berbincang mengenai rencana politik tokoh reformasi Malaysia ini selepas umrah. Berikut petikannya.

Permohonan peninjauan kembali kasus korupsi Anda ditolak, apa komentar Anda?

Penolakan itu berdasar pertimbangan teknis bahwa mereka tak bisa menolak keputusan Mahkamah Agung Persekutuan, kecuali ada alasan baru yang cukup. Bagi saya, ini tidak masuk akal. Kami memohon peninjauan kembali berdasar fakta dan hukum yang diterima oleh semua pihak, termasuk ICJ (International Court of Justice), bahwa proses pertimbangan itu timpang, tidak adil, dan tidak mengikuti prosedur hukum.

Kami telah mengeluarkan bukti baru, tapi Mahkamah Agung tidak mau membuat pertimbangan. Dalam peninjauan kembali, mereka berkata bahwa dari segi teknis, hal ini sudah diputuskan dan tak ada faktor baru. Ini politik cari selamat dan menunjukkan bahwa mereka tidak benar-benar independen.

Artinya, Anda tak mungkin terjun ke politik lewat jalan resmi sampai 2008?

Dari awal saya tidak peduli itu. Pertama, hukuman ini zalim. Saya tidak pernah menganggap hukuman itu adil, maka saya membantah terus. Undang-undang sekarang tidak membolehkan saya memegang jabatan partai atau bertanding dalam pemilu, tapi tak dapat menghalangi saya bergerak. Saya masih boleh berbicara, berkumpul, dan mendukung partai. Kalau tak boleh, namanya negara komunis.

Bagaimana dengan pengampunan raja (the royal pardon)?

Walaupun ini kuasa raja, prosesnya melalui Jaksa Agung dan rekomendasi perdana menteri. Bila memohon pengampunan, seakan kita ini memang bersalah. Saya tak bersedia melakukannya. Kalau pengampunan diberikan, saya bersyukur. Tetapi saya akan pertahankan bahwa saya tak bersalah, saya difitnah dengan jahat oleh rezim Mahathir yang takut akan bantahan terhadap korupsi dan kezalimannya.

Anda akan melakukan gerakan progresif terhadap sistem politik Malaysia?

Umumnya asas politik Malaysia dapat diterima, tapi harus diperbaiki agar lebih matang dan lebih adil. Seperti di Indonesia, ada pemilu zaman Orde Baru, ada pemilu sekarang. Di Malaysia, pemilu juga namanya, tapi hasilnya sudah diketahui sebelum pemilu. Media di Malaysia pun tertutup. Bayangkan, media Malaysia tidak berani menemui saya, padahal media dunia berebut bertemu saya untuk interviu.

Selepas saya dari penjara, beberapa hari awal mereka masih bisa memberitakan saya. Setelah itu, ada pengarahan untuk menutup sama sekali. Kalau ada yang berani, paling koran berbahasa Cina dan risalah oposisi yang tidak mempunyai izin penyebaran terbuka. Di media utama dan televisi tidak ada liputan sama sekali kecuali kecaman negatif terhadap saya oleh pemimpin UMNO.

Dalam pertemuan tahunan UMNO lalu, ada yang menjuluki Anda pendurhaka....

Saya tak perlu buat tanggapan apa pun. Yang bicara itu tak tahu sejarah bahwa nenek dan bapaknya pun meninggalkan UMNO. Ia takut pada yang kami tentang. Yang kami tentang adalah korupsi dan kezaliman. Yang kami tuntut keadilan, kami kedepankan isu itu.

Barisan Alternatif selama ini gagal karena kekurangan leadership. Kalangan oposisi percaya, kepemimpinan itu ada pada Anda....

Saya perlu waktu bicara dengan teman-teman dari oposisi, seperti PAS dan DAP, dengan lebih mendalam, juga teman-teman dari LSM. Bila kita bicara tentang pembaruan, harus ada ketetapan jelas untuk menyelenggarakan pemilu bersih dan antikorupsi. Bila Abdullah Badawi mengatakan mau adakan sistem pemilu yang jujur dan adil, itu akan saya dukung. Apa yang perlu kami bantu, kami bantu. Saya tak akan mengikat diri dulu dengan janji. Jelas saya akan mendukung Barisan Alternatif tanpa melibatkan diri.

Tapi ideologi dalam kubu oposisi berbeda-beda. Bagaimana Anda bisa optimistis menyatukan mereka?

Ya, betul ada masalah. Namun saya tetap optimistis. Mereka (PAS, DAP, Partai Keadilan) juga datang dan berbicara dengan saya, dan mereka memahami keadaan ini. Pada 1999, ada perjanjian bersama bermeterai untuk agenda pembaruan. Di situ DAP, PAS, dan Keadilan sama-sama menandatangani dan mengadakan komitmen untuk menghidupkan kerangka pembaruan.

Wolfowitz datang menemui Anda. Apa tujuannya?

Ia teman baik saya. Teman lama sejak saya menjadi profesor di John Hopkins University (Maryland, Amerika Serikat). Pendekatan saya adalah mengesampingkan prasangka. Saya setuju dengan dia dalam banyak hal, juga tidak setuju pada banyak hal. Dia datang untuk berdiskusi. Dia mewakili sosok keras, apalagi dalam menangani masalah Palestina dan Irak. Concern-nya adalah pemilu Irak yang jujur dan adil. Menurut saya, hal ini sukar diwujudkan karena Irak masih dikuasai tentara Amerika. Persepsinya, negara itu tidak merdeka.

Anda punya visi untuk menghindari perang peradaban antara Barat dan Islam?

Saya menolak (Samuel) Huntington sebagai ikon yang mewakili sentimen new font. Tapi beberapa langkah yang diambil Amerika dan pembuat teror medorong hal itu menjadi kenyataan. Ini yang jadi malang buat kita. Saya telah sampaikan pada Wolfowitz untuk jangan membenarkan sekelompok kecil pengganas (teroris) yang punya agenda menghidupkan pertentangan Islam-Barat, Islam-Kristen, dan Islam-Kristen-Yahudi.

Agenda Osama bin Laden kan begitu? Padahal, dia itu mewakili siapa? Ia tidak mewakili seluruh umat. Memang ada sentimen umat kepada Osama karena kezaliman yang terlihat tiap hari di televisi terlalu banyak. Dia tak punya pilihan, dan timbullah tindakan.

Apakah Islam hadhari, Islam progresif, yang ditawarkan Badawi mirip dengan Islam versi Anda?

Saya lebih mendekati masyarakat madani, civil society. Kalau Pak Abdullah menawarkan hadhari, silakan saja, yang penting amalannya. Saya tak ingin ada polemik hadhari dan madani. Tidak relevan. Yang penting pelaksanaannya. Mahathir bilang Malaysia negara Islam, mengapa ISA diberlakukan pada penentang? Ekonomi dikuasai oleh kroni, sementara anaknya ambil billion billion dolar sedangkan yang lain miskin papa.

Kalau saya bukan Islam, saya tak senang melihatnya. Apa itu namanya negara Islam? Apalagi saya orang Islam, saya merasa aneh dengan kenyataan ini. Bagaimana negara bisa membela orang yang tidak toleran, yang tidak adil, yang tamak, yang menghimpun kekayaan dan gila proyek? Bila Pak Abdullah mau meluruskan kepincangan itu, kami dukung.

Bisa dijelaskan sedikit mengenai Islam madani versi Anda?

Saya perkenalkan masyarakat madani dalam arti kata penumbuhan ekonomi, penambah keyakinan, menegakkan keadilan, pertimbangan duniawi, etika. Ini semua telah saya ungkapkan dalam buku saya, Gelombang Kebangkitan Asia. Buat saya, kesenjangan orang kaya yang berlebihan dengan orang miskin papa tidaklah fair untuk masyarakat merdeka. Apalagi pengadilan dan hakim yang korup dan merekayasa hukum.

Jadi, itukah agenda reformasi Anda?

Yang penting, democratic reform.

Bukankah saat ini masyarakat Malaysia melihat reformasi itu buruk?

Ini propaganda. Bila media dikungkung, negara menguasai semua dengan cara diktator, Anda bisa membaca apa? Anda bisa mendengar apa? Reformasi Indonesia selalu dikaitkan dengan kegaduhan dan kekacauan. Karena saya mengutamakan perubahan di Malaysia, mereka ambil aspek yang paling jelek dampaknya, untuk menunjukkan bahwa reformasi selalu membawa kerusakan.

Tapi mereka lupa bahwa reformasi di Indonesia menjadikannya sebagai negara yang demokratis. Saat ini, Indonesia dilihat sebagai sumber pekerja asing tanpa izin. Saya pernah menulis dari penjara mengenai hal ini. Saya katakan, ada waktunya Malaysia bergantung pada Indonesia, saat mengadakan dasar pendidikan kebangsaan. Di Universitas Teknologi Malaysia, dosennya, doktornya, hampir semua datang dari Indonesia. Kenyataan ini ditutupi.

Anda punya tanggapan tentang presiden terpilih kami, Susilo Bambang Yudhoyono?

Ia mendapat mandat dari rakyat, ia cerdas dan memiliki track record yang baik. Saya harap, ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik, dapat menegakkan keadilan dan kesejahteraan ekonomi. Indonesia adalah bangsa yang besar, yang saat ini menjadi model bagaimana negara dengan mayoritas beragama Islam dapat menyelenggarakan pemilu dengan demokratis.

Published: Gatra 50/30 October 2004

Popular Posts