KRI Dewaruci Dapat Perhatian Khusus di Jerman

Bremerhaven, 3 September 2010 13:48
Kehadiran kapal latih TNI AL KRI Dewaruci dalam festival kapal layar Sail Bremerhaven di Jerman ternyata telah ditunggu masyarakat setempat. Dalam acara lima tahunan yang diikuti sejumlah kapal layar tiang tinggi (tall ship) dari berbagai negara, KRI Dewaruci mendapat tempat sangat prestisius, karena bersandar di sisi kapal latih angkatan laut tuan rumah Jerman, Gorch Fock.

Sebelumnya, dalam perjalanan dari Amsterdam (Belanda) menuju Bremerhaven (Jerman), KRI Dewaruci sempat diterpa badai. Perjalanan yang tadinya direncanakan tiba di Jerman pada jam 18:00 waktu setempat, terpaksa molor hingga 8 jam. Dengan kesigapan komandan dan kekompakan seluruh awak kapal, KRI Dewaruci tiba dengan selamat pada di pelabuhan Bremerhaven, sungai Weser.

Kehadiran mereka tadinya ditunggu walikota Bremerhaven dan Duta Besar RI untuk Jerman. Walau terlambat hingga dini hari, Dewaruci tetap disambut Atase Militer KBRI Berlin Kolonel (Pnb) Fachri Adamy pada jam-jam menjelang sahur. Sebelum masuk ke pelabuhan Bremerhaven, sempat terjadi sedikit salah paham dengan otoritas pelabuhan, “Tapi semua itu dapat kami atasi dengan kerja sama yang baik,” ujar Kolonel Fachri kepada Gatra.com, saat menemui awak kapal KRI Dewaruci di ruang tamu dalam kapal itu.

Selama 5 hari (25–26 Agustus 2010) bersandar di Jerman, KRI Dewaruci selalu mendapat perhatian khusus dari para pengunjung. Setiap hari, kapal selalu terbuka bagi para pengunjung dan open ship diadakan dari pagi hingga larut malam. Ternyata pengunjungnya terus mengalir. Mereka mengagumi ukir-ukiran dan elemen dekoratif Nusantara yang menghiasai beberapa bagian kapal tersebut. Sambutan hangat awak kapal dan senyum simpatik para Taruna membuat para pengunjung betah berlama-lama di atas dek kapal yang berusia lebih dari 50 tahun itu.

Genderang Suling Gita Jala Taruna, atau drum band yang dibawakan para Taruna Akademi Angkatan Laut yang mengikuti pelayaran Dewaruci, selalu mendapat sambutan meriah.

Parade awak kapal tall ships dari 16 negara di pusat kota yang berakhir di Theodor Heuss Platz Bremerhaven di hari pertama, menjadikan atraksi tim Dewaruci tak terkalahkan dalam menyedot perhatian dengan berbagai lagu lagu multi nasional yang mereka bawakan.

Dalam kesempatan lain, para taruna yang sudah berlatih jauh hari mementaskan rampak kendang asal Jawa barat di panggung utama. Bahasa yang dinyanyikan mereka mungkin tak dimengerti oleh para pengunjung yang rata-rata orang jerman. Tapi melodi dinamis, semangat dan kekompakan para pemain kendang membuat yang menonton ikut bersemangat.

Media-media setempat memberitakan, kehadiran kapal KRI Dewaruci dengan tiga tiang layar buatan Jerman itu merupakan kunjungan terakhir sebelum digantikan dengan kapal baru. Tentu saja, hal ini membuat pengunjung selalu mencari Dewaruci.
Seorang penjual cinderamata yang berjualan di setiap event festival kapal layar di Eropa menyayangkan hal tersebut, “Kehadiran Dewaruci selalu jadi bintang. Ini bukan masalah kapalnya yang makin uzur, tapi ikatan emosi dengan orang-orang di Jerman,” katanya. Semua barang dagangan dengan stempel dan peringatan 50 tahun Dewaruci sudah ludes terjual pada hari kedua festival tersebut berlangsung.

Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman, Eddy Pratomo menegaskan bahwa Dewaruci adalah lambang kerja sama antara Indonesia dan Jerman yang sudah berlangsung sejak awal tahun 50-an. “Dewaruci dibangun delapan tahun setelah Indonesia merdeka. Tentunya Jerman percaya pada kedaulatan dan masa depan Indonesia yang waktu itu usianya masih sangat muda sebagai sebuah negara.”

Perjalanan Dewaruci kali ini juga melewati bulan Ramadhan. Bertepatan dengan misi perjalanan yang mempraktekkan ilmu perbintangan atau Kartika Jala Krida, waktu imsak, waktu shalat dan waktu berbuka ditentukan oleh letak bulan dan bintang pada titik di mana mereka berada. Menurut perhitungan awak Dewaruci, bulan puasa dimulai pada tanggal 12 Agustus, “Tepat seperti perhitungan umat muslim di Inggris, di mana kita berada pada saat itu. Jadi tidak seperti di Indonesia yang memulai puasa pada tanggal 11,” tegas komandan KRI Dewaruci Letkol laut (P) Suharto La Djide.

Setelah bersandar lima hari di Jerman dan mengikuti Sail Bremerhaven, 29 September lalu Dewaruci yang mengangkut 83 Taruna AAL berkemas dan melanjutkan perjalanan ke Cagliary, Sardinia, Italia, guna mengikuti festival International “Mediterraneo e Velieri” di Cagliari (Italia) 8- 12 September 2010.

Sekali lagi, parade para Taruna dengan seragam biru putih berdiri di tiang layar menjadi spekatakuler. Bendera dua negara yang berkibar kibar dan lagu Auld Lang Shine yang dibawakan Gita Jala Taruna yang terus mengalun membuat momen perpisahan itu menjadi sangat emosional dan membuat para pengunjung terus melambaikan tangan hingga Dewaruci hilang dari pelupuk mata.

Perjalanan Bremerhaven–Cagliari ini memakan waktu 10 hari perjalanan dan merupakan perjalanan terpanjang tanpa lego jangkar terpanjang selama 9 bulan perjalanan Dewaruci mengarungi Eropa. [Mir]
http://arsip.gatra.com/2010-11-02/artikel.php?id=141185

Popular Posts