Wawancara B.J. Habibie: Saya Bukan Pemilik Garuda

Prof. Baharuddin Jusuf (B.J.) Habibie pernah punya hubungan dekat dengan Airbus Industries yang dimiliki konsorsium negara Eropa. Presiden ketiga RI itu sempat menjabat sebagai direktur di sana. Saat pulang ke Indonesia, keahliannya dalam bidang rekayasa pesawat terbang ia tumpahkan di PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (kini PT Dirgantara Indonesia).

Selama mengembangkan IPTN, Habibie menjalin kerja sama dengan CASA (Spanyol), yang menjadi salah satu pemegang saham Airbus di luar Aerospatiale (Prancis) 37,9%, Daimler-Benz Aerospace (Jerman) 37,9%, dan British Aerospace (Inggris) 20%. Kerja sama antara IPTN dan Airbus juga dipupuk. Salah satunya, IPTN mendapatkan subkontrak pembuatan bagian pesawat dari Airbus.

Bisnis lama ini kembali jadi gunjingan setelah muncul dugaan ada masalah dalam pembelian enam Airbus A330-300 Garuda. Habibie disebut sebagai pemrakarsanya. Harapannya, agar kerja sama IPTN dengan Airbus makin mulus.

B.J. Habibie, yang kini bermukim di Jerman, memberikan waktu kepada Miranti Soetjipto Hirschmann dari Gatra untuk menjelaskan duduk soalnya. Berikut petikan wawancara yang berlangsung 14 Juli lalu itu:

Ada yang mengatakan, pembelian enam Airbus A330-300 untuk Garuda adalah ide Anda?
NggakNggak benar itu. Saya nggak bertanggung jawab untuk Garuda.

Bukankah waktu itu IPTN perlu melobi Airbus untuk kelancaran bisnis?
Hmmm... lobi apa? IPTN mendapat banyak subkontrak. Saya rasa, dari dulu cari subkontrak dari Boeing, General Dynamic, British Aerospace, dan Airbus. Karena kami (IPTN) kan punya qualification untuk bikin preminelary structure. Misalnya buat fin untuk F-16, buat flap. Tanya saja ke agen, semua dicatat, kok. Semuanya berdasarkan pada kontrak biasa, kontrak kerja.

Jadi, siapa yang berinisiatif membeli Airbus?
Bukan dari saya dong (B.J. Habibie tertawa). Bagaimana bisa saya putuskan? Saya bukan Menteri Perhubungan, tidak juga duduk di dewan komisaris, bukan Direktur Utama Garuda, dan juga bukan pemilik Garuda! (Habibie kemudian mengeluhkan pelbagai tuduhan miring yang menimpanya). Saya berkali-kali mengalami hal macam ini. Wah, itu tentunya pengadaan kapal dari Jerman Timur itu ada KKN 1001 macam, Habibie bertanggung jawab dan sebagainya.

Tapi Anda memang dianggap lobi Jerman.
Wah, berlebihan. Tiba-tiba dikatakan saya ada kaitan bisnis dengan Ludwig-Holger Pfahls (Gatra, 23 Juli 2004). Lalu sampai ada di headline karena kelihatan Pfahls kasih tangan sama saya waktu saya presiden, saya diminta untuk membuka Teknogerma tahun 1998. Padahal, panitia minta saya mendatangi beberapa perusahaan besar, menengah, kecil, yang diatur protokol. Salah satunya Daimler Benz. Kebetulan yang namanya Pfahls itu mewakili Daimler Benz, yang saya nggakpernah kenal. Saya cuma kasih salam dia.

Tiba-tiba media Jerman menuding. Ini tentu berhubungan dengan penjualan senjata ke Timur Tengah, dan 1001 macamlah yang tidak ada kaitannya. Akhirnya Pfahls ketangkap dan diperiksa. Saat ditanya apakah Pfahls kenal Habibie, dia jawab nggak. Yang bener aja, dong? Saya juga dikatakan berunding dengan dia saat menjabat sebagai Sekjen Departemen Pertahanan bagian pengadaan. Ini ngarang. Ini media Jerman lho yang bilang.

Orang punya kebebasan untuk memberitakan dan untuk bertanya. Saya kira, ini harus dijunjung tinggi dan itu harus dipelihara. Dengan cara begitu, kita check and re-check. Bicara baik, tapi cek lebih baik.

Bukankah hubungan Anda dengan Airbus amat dekat?
Oya, itu benar. Saya pernah menempati posisi sebagai direktur di situ. Tapi saya tak bertanggung jawab untuk penjualan Airbus. Tidak pernah dalam kehidupan saya dan juga dalam karir saya. Saya tidak pernah bertanggung jawab untukmarketing, untuk sales, atau product support. Saya hanya bertanggung jawab untuk technology development. Tak ada kaitannya. Kalau Anda tanya saya apa saya yang menentukan beberapa bagian Airbus terbuat dari composite, jawab saya adalah: ya!

Apakah Anda juga bertanggung jawab pada pembuatan seri A330-300?
Tidak. Saya tak ada lagi di Airbus saat itu. Yang benar saja? Saya kan di Indonesia.

Popular Posts