Dewaruci Pulang Kampung


Amsterdam, 25 Agustus 2010 20:18
Dalam perjalanan terakhirnya ke Eropa, Kapal latih TNI AL KRI Dewaruci mendapat sambutan meriah dari masyarakat Amsterdam, Belanda. Dalam event Amsterdam Sail (19-23 Agustus), dimana ratusan kapal layar besar dan kecil dari seluruh dunia berkumpul setiap lima tahun sekali, Dewaruci sekali lagi mendapat perhatian khusus.

Di Belanda, Dewaruci mengikuti serangkaian kegiatan. Pada hari pertama Amsterdam Sail, Dewaruci ikut serta dalam parade kapal layar di sungai Ij. Hari kedua, taruna AAL ikut berpawai ke tengah kota Amsterdam dan membawakan atraksi drumband di Nieuwe Markt. Kehadiran 83 taruna AAL yang simpatik dan membawakan lagu lagu klasik yang ramah di telinga masyarakat Belanda seperti ''Bengawan Solo'' dan ''Surabaya'' mendapat sambutan meriah dari masyarakat Amsterdam dan warga Indonesia yang tinggal di Amsterdam.

Begitu pula keesok harinya saat tim Drumband Taruna AAL berparade di ibukota Belanda, Den Haag. Kehadiran mereka sudah ditunggu oleh masyarakat yang memadati alun alun. Dutabesar RI untuk kerajaan Belanda, JE Habibie yang setia mengkuti kegiatan para awak Dewaruci itu menyatakan sangat bangga atas prestasi yang diraih oleh Dewaruci dalam 2 bulan perjalanan mereka mengarungi benua Eropa. ''Saya bangga Dewaruci dapat membawa nama baik indonesia dimata internasional.'' Kehadiran Dewaruci membuat JE Habibie terkenang akan perjalannya dengan Dewaruci dalam menjalani praktek dasar bahari saat menjadi kadet AAL 40 tahun lalu.

Dalam undangan buka puasa di Wisma Duta, di Wassenaar Den Haag, JE Habibie berpesan kepada para taruna AAL untuk tetap menjunjung kehormatan dan menjaga nama baik korps.

Koran koran dan televisi lokal Belanda memberitakan mengenai Dewaruci yang mengunjungi Eropa untuk terakhir kalinya. Sehingga walaupun Dewa Ruci ditempatkan di Java-eiland, lokasi yang agak jauh dari panggung utama, tetap saja menjadi salah satu bintang Sail Amsterdam. Kapal kapal yang melewati Dewaruci bersandar biasanya akan melambatkan kapal mereka dan memanggil manggil ''dewaruci! Dewaruci!''. Salah satu kapal motor berbendera Belanda bahkan memutar lagu ''Surabaya'' keras keras untuk menarik perhatian awak Dewaruci

Sehari sebelum meninggalkan Amsterdam, Dewaruci kembali menggelar acara Cocktail Party dengan menyulap geladak menjadi lantai poco poco. Hampir semua tamu undangan hadir malam itu. Kapal Dewaruci sarat tamu dan masyarakat Indonesia yang belum mendapat giliran untuk masuk kapal, tetap dapat mengikuti atraksi budaya yang dibawakan para taruna AAL termasuk ikut berpoco poco dibawah kapal Dewaruci. ''Saya kangen Indonesia. Dewaruci telah mengobatinya,'' ujar Mei, perempuan asal Malang yang sudah menunggu atraksi tersebut sejak siang hari.

Keberangkatan Dewaruci dilepas oleh gubernur AAL Laksamana Muda Hari Bowo yang terbang langsung dari Surabaya untuk menjenguk kondisi para taruna AAL. Dibawah hujan deras, Dewaruci angkat jangkar diiringi tangis para penggemar setianya. Kapal kapal lain memberikan salam dengan membunyikan gauk berkali kali sementara militer kerjaaan Belanda memberikan penghormatan pada tiap kapal angkatan laut dengan menembakkan dua meriam. Khusus untuk KRI Dewaruci, mereka melantunkan lagu Indonesia Raya.

Perjalanan KRI Dewaruci kembali ke tanah airnya, Jerman, sempat mendapat halangan saat mengarungi laut utara menuju Bremerhaven. Angin kencang dan gelombang besar sempat memaksa KRI Dewaruci merapat kembali di dermaga Ijmuiden, 25 kilometer dari Amsterdam. untuk beberapa jam dan kembali KRi Dewaruci mengadakan open ship bagi warga setempat. Virginia, warga Belanda keturunan indo yang lahir di Sukabumi yang tak sengaja melihat Dewaruci buang jangkar dari jendela kantornya, buru buru datang untuk mengetahui apa yang terjadi. ''Teman teman di kantor hampir semua datang kesini. Mereka tahu ini Dewaruci. Kami beruntung bisa melihat dari dekat. Di Sail Amsterdam, terlalu banyak orang yang datang''.

Beberapa jam setelah meninggalkan wilayah Angin kencang dan ombak besar laut utara membuat kapal oleng dan memporak porandakan seluruh isi kapal. Beberapa bagian kapal banjir dan membuat seluruh awaknya sibuk menyelamatkan barang bawaan dan mengeluarkan air yang membajiri lambung.

Hujan dan gelombang besar terus berlangsung hingga KRI Dewaruci memasuki wilayah perairan Jerman, sehingga kecepatan kapal terpaksa dikurangi dan membuat kapal terlambat 8 jam dari jadwal kedatangan di Bremerhaven. Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Suharto merasa bersyukur dapat melewati kesulitan tersebut, ''Ini merupakan salah satu pengalaman pelayaran yang luar biasa,“ ujarnya beberapa seusai bersandar di Bremerhaven.

KRI Dewaruci dibuat pada 1952 oleh HC Stulchen und Sohn Hamburg; Jerman. Kehadiran Dewaruci di Sail Bremerhaven merupakan kunjungan terakhir di tanah kelahirannya, seperti banner yang terpampang pada kapal tersebut ''Ich komme nach Hause“ (saya pulang ke rumah).

Perjalanan Dewaruci tahun ini akan berlangsung selama 9 bulan lamanya, sementara bagi Taruna AAL yang mengikuti perjalanan tersebut sekaligus praktek dasar bahari dan astronomi hanya mengikuti perjalanan tersebut selama 3 bulan dari seluruh perjalanan.

Miranti Hirschmann (Amsterdam)

Popular Posts