Salma, Penulis Perempuan Asal Tamil


Menulis, ternyata tidak sesederhana menorehkan sederet aksara. Di beberapa bagian dunia, menuliskan perasaan dan mempublikasikannya bisa menimbulkan kekerasan dalam keluarga.
Masyarakat di negara bagain Tamil India masih memegang teguh tradisi bahwa ruang gerak perempuan tidak lebih jauh dari halaman rumahnya. Dari sebuah desa Tamil bernama Thuvarankurichi, lahir seorang penulis perempuan yang berupaya menerobos batas-batas halaman rumahnya dengan untaian puisi.
Nama Samaran untuk Keselamatan
Saat mempublikasikan puisinya, Rokkiah Malik terpaksa mengganti namanya menjadi Salma. Perempuan Tamil ini melakukan hal itu bukan karena ingin memiliki nama artis yang mudah diingat, namun untuk keselamatan dirinya dari kekerasan dalam keluarga. Dibalik itu ada cerita panjang dan pedih.
“Di tempat saya, perempuan adalah warga kelas dua. Mereka tidak bisa melakukan apa-apa tanpa persetujuan keluarga, ayah, suami, saudara lelaki bahkan anak lelaki. Saya ingin memperjuangkan hak kami dalam hidup. Hak terhadap tubuh kami sendiri, hak untuk menulis, hak mengeluarkan pikiran.“
Masalahnya adalah dominasi laki-laki. Masyarakat setempat masih memandang  posisi perempuan yang lebih rendah dari lelaki. Semua hal yang berhubungan dengan anggota keluarga perempuan, diputuskan oleh para lelaki.
Kehidupan Keluarga, Tema Puisinya
Salma tumbuh dalam keluarga yang memegang teguh tradisi. Sejak berumur 13 tahun, ia tidak diperkenankan keluar dari halaman rumah hingga dinikahkan pada umur 21 tahun. Hal ini bermula dari hukuman, saat ia ketahuan nonton film di bioskop.
Ayah Salma menghukumnya dengan pukulan bertubu tubi. Ia pun tidak diperkenankan lagi pergi sekolah dan ia harus tinggal di rumah. Anehnya, saudara lelakinya yang juga ikut nonton tidak mendapat hukuman apapun. Salma pun mulai bertanya mengapa hanya ia yang dihukum sedangkan saudara lelakinya tidak. Ini yang membuat puisi-puisnya sarat dengan masalah kehidupan keluarga
Menulis Secara Rahasia
Mencurahkan persaan dalam tulisan pun bukan perkara mudah. Selam 8 tahun, Salma berada dalam kungkungan rumah, ia tak bebas menulis. Keluarganya tak menyukai puisi Salma yang berisi tentang masalah dalam keluarga. Karyanya yang berjudul Mid Night Story atau Kisah Tengah Malam, kebayakan ditulis secara diam-diam. Kadang ia menulisnya dalam kamar mandi, saat bersembunyi di pojok gelap atau pada tengah malam dimana seluruh anggota keluarga tidur.
Karya Sastra Rusia Menjadi Sumber Inspirasi
Keluarga Salma adalah pemeluk Islam. Namun tradisi pengungkungan anak perempuan ini bukan masalah agama, ini masalah hak perempuan, karena ini tidak hanya menimpa anak perempuan Muslim, tetapi juga dari keluarga Hindu. Demikian Salma mengungkapkan. Dalam masa pingitan tersebut, Salma banyak membaca. Terutama buku buku filosofi dan karya karya pujangga besar seperti Marx, Lenin, Ho Chin Minh dan Tolstoj. Ia sangat mengagumi literatur Rusia yang banyak menginspirasikan karyanya.
Awalnya, Salma menerbitkan puisi-puisinya dalam bahasa Tamil pada majalah setempat. Ia banyak menulis mengenai hubungan antar-perempuan, hubungan keluarga dan mengkritk masalah-masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat. Dalam karyanya yang berjudul An Evening, Another Evening, ia banyak bertutur mengenai hari-harinya yang sepi. Benda-benda di sekitar rumahnya pun dijadikan inspirasi tulisannya.
Tidak Hanya Lewat Puisi
Redaksi majalah majalah literatur sangat menyukai karyanya dan terus memintanya untuk tetap menulis. Salma meminta mereka bekerja sama untuk menyembunyikan identitasnya. Ia pun terpaksa menggunakan nama samaran. Upaya Salma dalam memperjuangkan hak perempuan tidak berhenti pada penulisan puisi. Ia pun berupaya sekuat tenaga mensejajarkan hak perempuan dengan lelaki. Dengan seijin suaminya, Salma melibatkan diri dalam berbagai kegiatan politik. Dengan begitu ia memiliki pengaruh dan posisinya dalam pernikahan berubah.
Buah dari Kerja Keras
Lambat laun, kiprah Salma dalam partai politik terus menanjak. Ia terus memperjuangkan hak-hak perempuan di daerahnya. Sekarang, Salma memiliki kekuatan dan pengaruh. Dengan begitu ia bisa berkata pada suaminya bahwa ia akan pergi mengunjungi suatu tempat di kota bahkan negara lain. Saat Pameran Buku Internasional di Frankfurt pekan lalu, Salma adalah salah satu penulis kehormatan dan membacakan karyanya dihadapan masyarakat literatur dunia.
Kini, keluarga Salma bangga akan prestasinya. Mereka berbalik mendorongnya untuk tetep menulis dan berkiprah di dunia politik. Dengan begitu suaminya pun bisa mendapat sedikt pengaruh dalam masyarakat. Ironisnya, karya karya Salma masih belum diterima oleh orang orang di desanya. Makian dan cemooh ia terima dengan besar hati. Sekarang, Salma menduduki posisi penting sebagai pemimpin partai setempat yang berkuasa, Dravida Munnetra Kazhagam. Ia merasa puas atas upayanya yang ia lalui dengan jalan berliku.
Miranti Hirschmann
Copyright (c) 2006 Deutsche Welle

Popular Posts